Rabu, 04 September 2019

HIDUPMU BUKAN MILIKMU

HIDUPMU BUKAN MILIKMU
oleh : Rendy Saputra

Menjadi pengusaha adalah menjadi sosok yang harus berani mengambil keputusan. Itulah mengapa para pengusaha relatif memiliki self assurance yang cukup kuat. Keyakinan pada keputusan adalah modal bagi seseorang entrepreneur untuk melangkah.

Percaya diri dan berani adalah modal penting bagi seorang pengusaha. Tanpa kepercayaan diri dan keberanian, tidak akan ada keputusan, tidak akan ada langkah pasti. Disitulah letak pentingnya kedua karakter tersebut.

Masalah besar terjadi ketika kepercayaan diri dan keberanian ini melebihi ambang batas yang wajar. Terlalu PD dan terlalu berani biasanya berdampak pada kelemahan mendengarkan orang lain. Pada level berikutnya, seseorang akan sulit diberi masukan. Disitulah letak awal bencana.

Kalimat yang sering Saya dengar dari pengusaha macam begini adalah : "ini hidup gue, gue yang mutusin, gue yang tanggung jawab, gue siap sama resikonya."

Kalimatnya memang gagah. Tetapi inilah pintu bencana. Bencana ke banyak orang.

**

Lagi-lagi Saya harus cerita kisah yang terjadi didepan mata. Pengusaha muda dengan satu cafe yang laris manis di kisaran 6 tahun yang lalu. Sebuah kota mahasiswa, di tengah pulau Jawa. Tebak sendiri.

Saya sempat mengunjungi cafenya. Ramainya minta ampun. Selang beberapa bulan dari pertemuan itu, Saya dengar beliau ekspansi. Gak tanggung-tanggung. 10M lebih. Bermitra dengan pengusaha agro dari timur Indonesia. Sahabat kami juga.

Langkahnya memang berani. Kalimatnya ya seperti itu. Ini hidupku, ya keputusanku semua urusanku. Satu dua sahabat mulai mengingatkan untuk ngerem. Jangan nge gas terus. Tapi nampaknya ini kendaraan tanpa rem. Penuh pedal gas dengan nitro. Kencang sekali.

Sudah bisa ditebak ujungnya. Kolaps. Sebuah langkah berani seperti jurus dewa mabuk. Hantam sana hantam sini. Banyak kaidah manajemen dilanggar. Tidak perlu menunggu bertahun-tahun. Satu demi satu tumbang.

Yang perih dari cerita diatas sebenarnya bukan tumbangnya. Beberapa pekan yang lalu Saya ke kota tersebut. Beliau akhirnya harus menerima perginya pasangan hidup. Supplier yang ikut mendukung bisnisnya juga ikutan bangkrut. Belum lagi ratusan pegawai yang ada. Semua habis.

Inilah yang akhirnya mendidik hati Saya kala itu : Hidup kita bukanlah hidup kita. Hidup kita adalah milik banyak orang.

***

Ibarat sebuah perusahaan, diri kita ini dimiliki oleh banyak shareholders. Ada ayah dan ibu yang membesarkan. Ada kakek nenek yang mendoakan. Ada kakak adik yang berharap kemajuan hidup kita. Ada pasangan hidup yang setia bersama. Bahkan ada anak-anak yang doanya tidak henti mendoakan kedua orang tuanya.

Begitu kita memimpin perusahaan, perusahaan juga gak semata-mata milik kita. Ada para karyawan yang membersamai sedari awal. Ada supplier dan vendor yang mati-matian mengusahakan yang terbaik. Ada pelanggan yang selalu berharap yang terbaik dari bisnis kita.

Ketika kita memahami ini, maka alangkah baiknya agar setiap langkah dan keputusan itu dibicarakan bersama. Pandai-pandailah mendengar, karena Hitler pun babak belur di Stalingard gegara tidak mau mendengar para jenderal. Pandai-pandailah mengambil keputusan, karena keputusan Anda tidak hanya berdampak pada hidup Anda, tetapi berdampak pada hidup banyak orang.

Bisnis Anda yang sudah berjalan baik adalah akumulasi dari kerja banyak orang. Maka sebagai pebisnis, mulai detik ini, Saya harus mengajak Anda untuk menyadari, bahwa hidupmu bukanlah milikmu seorang. Ia milik banyak orang.

Setiap yang Anda putuskan harus berpijak pada mempertimbangkan banyak pihak :

- Apa yang sekiranya didapat oleh pelanggan?

- Bagaimana nasib supplier dan vendor Saya?

- Apa resiko terburuk yang sekiranya terjadi? Dan bagaimana Saya menanggulanginya?

- Apakah karyawan Saya sudah mampu mengeksekusinya?

- Apakah pondasi bisnis Saya sudah siap untuk melaksanakan proyek sebesar ini?

Kedewasaan ini haruslah tersemai kedalam jiwa kita. Bukan sebagai hal untuk menakut-nakuti hingga tidak bergerak. Tetapi sebagai bentuk tanggung jawab, agar diri ini tidak terprovokasi racun narasi yang menyengsarakan banyak orang.

Hidupmu, bukan milikmu seorang.

KR Business Notes
Kamis, 24 Januari 2019

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright by Eko Saputro