BERANI JALANI TUGAS DIRI
oleh : Rendy Saputra
"Radit kan penulis, bukannya penulis sulit cari duit?"
Itulah pertanyaan yang terlontar di awal-awal karir nya sebagai penulis. Dan bisa jadi, itulah pertanyaan banyak orang yang juga meragukan profesi penulis.
Waktu membuktikan. Proses menjelaskan segalanya. Hasil menjadi juru bicara terbaik. Seorang Radit akhirnya bergerak menjadi penulis skenario film, stand up comedy, youtuber dan beberapa lini profesi lainnya.
Semua sumber kekuatannya sama : tulisan. Bagaimana membangun sesuatu yang menarik untuk dibaca atau didengarkan. Radit menyampaikan pada sesi berikutnya, bahwa menulis adalah panggilan jiwanya atas keresahan. Keresahan atas berbagai hal. Menulis bukan untuk diminati atau di follow, tetapi menulis sesuatu yang beresonansi dengan hati.
Saya tiba-tiba berfikir, apabila Radit gak berani menjadi dirinya. Bagaimana jika dia mendengarkan ayah sang pacar. Mungkin ia sudah berhenti menjadi penulis. Kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa seorang Radit berani menjalani tugas dirinya.
***
Peristiwa yang menimpa Radit nampaknya juga dialami kebanyakan dari kita.
Seseorang yang ahli dalam berjualan barang orang lain kadang gak lepas dari komentar :
"Ah, apaan, bisanya jualin barang orang, gak bisa buat produk sendiri."
Sebenarnya apa salahnya seseorang yang menjualkan barang orang lain. Bagaimana jika memang tugas dirinya adalah menjadi marketer atau distributor.
Beberapa sahabat yang gak kuat menerima komentar ini akhirnya nekat masuk ke lini produksi. Membangun brand sendiri dan memproduksi barang sendiri. Akhirnya bukannya tambah bener tetapi malah kacau. Ya sederhana sebenernya, bukan tugas dirinya.
Sebaliknya, yang fokus diproduksi biasanya juga kena serangan :
"Jangan cuma bisa bikin, kalo yang jual orang lain, tergantung lho, mending bikin sendiri lalu jual sendiri."
Sahabat yang gak kuat mendengar komentar ini akhirnya juga berantakan. Coba-coba bikin jalur distribusi pake own management, bukannya bener malah tambah berantakan. Ya memang bukan kompetensinya di penjualan. Beda ruhnya dengan produksi.
Kisah seperti ini kami temukan berulang. Gak selesai-selesai. Yang ahli jualan gak sabar mau produksi. Yang ahli produksi maksain diri mau jualan sendiri. Gak ada yang berani jujur ngejalanin tugas dirinya sendiri.
***
Saya sedang banyak menyimak tokoh-tokoh pengajar bisnis di US dan Europe. Rata-rata mereka adalah sosok yang fokus membangun karir di dunia edukasi. Saya mencoba melakukan tracking pada portofolio dirinya, paling jauh yang Saya temukan adalah pengusaha yang memang fokus membangun lembaga riset atau think tank.
Dari pembacaan itu, Saya ingin menarik kasusnya ke Indonesia. Sebenernya kita punya anak-anak muda yang hebat dalam memahami bisnis dan manajemen. Kalo ngajar jelas banget. Saya punya coach idola, masih muda, kalo sudah ngajar bisnis, MasyaAllah. Jelas banget. Bagus banget ngajarnya. Dan Saya tanya sama temen-temen yang lain juga banyak terbantu.
Beliau fokus aja ngajar bisnis. Beliau gak nambah-nambahin citra diri sebagai pengusaha yang punya ini dan itu. Karena memang fokus dirinya ya memang ngajar bisnis. Disitu valuenya.
Di sosok yang lain, Saya melihat ada yang gak berani menjalani tugas diri. Ngajar bisnisnya bagus, tetapi begitu dikomentarin gak punya bisnis real, malah maksa-maksa bisnis. Padahal tugas langitnya gak disana.
Adalagi yang lebih parah, ngaku-ngaku punya bisnis ini itu padahal bukan punya dia. Akhirnya jadi hoax. Padahal hadir saja apa adanya, sesuai tugas dirinya. InsyaAllah market juga nerima kok.
Coba deh kita lihat sosok-sosok yang berani menjalani tugas dirinya. Saya kasih hint saja, Anda silakan tebak-tebak sendiri.
Saya punya guru yang fokus pada training korporasi. Membangun perusahaan edukasi. Dan lembaga pengajaran public speaking. Kalo ditanya komentar, itu yang namanya komentar gak berhenti-berhenti :
- ah, bisnisnya training. Gak banget.
- lah, bisnisnya ngajarin orang ngomong. Modal ngomong doank dapat duitnya.
Padahal ngisi training di korporat dan ngajarin seseorang supaya bisa public speaking itu adalah sebuah value. Sah-sah saja jadi bisnis. Halal.
Ada lagi sahabat Saya yang fokus menjadi Da'i. Awal-awal dia memilih jalan da'wah, kami yang sepantaran juga gak berhenti mendengar komentar :
"Si Ustadz hidupnya kayak gimana ya? Masak dari amplop ke amplop. Kasihan banget ya."
Alhamdulillah hari ini yang komentar malah gak punya bisnis, malah sahabat Saya yang Da'i ini bisnisnya dimana-mana. Bener-bener waktu membuktikan banyak hal.
***
Kisah yang Saya sampaikan ini sebenarnya adalah perenungan bagi temen-temen yang sebenernya sudah menemukan jalan dirinya. Setiap kita punya bakat alami, punya kekuatan khusus yang Allah berikan. Kekuatan itu pastilah berkorelasi dengan TUGAS DIRI. Seperti seorang Nabi yang punya tugas risalah. Mirip-mirip konsep filosofinya.
Kalo memang panggilan hidup Anda filantropi, ya sudah jalani saja dunia filantropi. Allah yang jamin kehidupan. Ya gak usah maksain harus jadi business leader.
Kalo memang panggilan hidupnya jadi pengusaha, ya jadilah pengusaha yang solid, kompeten, produktif. Gak perlu tergoda kemana-mana. Kebanyakan kan gitu, hasratnya jadi Pengusaha, akhirnya belok-belok. Silakan di tafsirkan sendiri. Banyak kejadiannya.
Kalo memang panggilan hidupnya jadi profesional di sebuah organisasi bisnis, ya jadilah Director yang baik, jadilah General Manager yang tangguh. Selama yang dilakukan halal, ada purpose mulia di organisasi Anda. Lakukan yang serius.
Bencana besar yang sering terjadi itu adalah ketika kita terlalu MENDENGARKAN komentar yang seharusnya TIDAK didengarkan. Anda gak akan bisa memuaskan banyak orang. Kita tidak bisa memuaskan banyak orang.
Lihatlah mereka yang berhasil hari ini, salah satu keahliannya adalah membudeg kan diri. Beneran deh.
Sekarang tergantung teman-tema, apakah masih selalu mendengarkan apa kata orang, atau murni lurus berani menjalani tugas diri. Semua berkaitan dengan keimanan kita atas kehidupan. Hidup untuk penilaian Allah, bukan menghamba pada penilaian manusia.
KR Business Notes
Senin, 21 Januari 2019
0 komentar:
Posting Komentar