Rabu, 04 September 2019

LOW ASSET MODEL

LOW ASSET MODEL
oleh : Rendy Saputra

Sudah sekitar beberapa bulan ini, tepat dibelakang komplek rumah berdiri mall baru. Entah bisa disebut mall atau tidak. Tetap ia menjadi pusat perbelanjaan baru. Menurut Saya berhasil. Konsepnya minimalis. Efektif. Produktif.

Transmart Yasmin. Kami menyebutnya begitu. Mall baru milik CT Group ini memberi pelajaran yang besar tentang cara bisnis kekinian.

Jika kita mengimajinasikan seorang CT, maka yang tergambar di benak kita adalah Trans Studio Mall Bandung. TSM Bandung. Mall Besar, tempat outlet-outlet brand mahal bertengger, parkir berlapis, area wahana permainan juga besar. Konsep TSM ini berhasil juga, tapi entah mengapa Saya lebih suka Transmart.

Jika Anda masuk Transmart Yasmin (entah Transmart yang lainnya), Anda akan memasuki area foodcourt dan berbagai brand kuliner di lantai 1. Naik ke lantai 2, Anda akan menemukan deretan fashion dengan harga terjangkau, bukan metro, tenang saja. Di lantai 3 Anda akan menemukan area swalayan seperti konsep carefour pada umumnya. Lantai 4 nya wahana bermain, dan di lantai 5 nya bioskop. Done.

Transmart Yasmin berdiri di lahan yang terbatas. Itu yang Saya rasakan. Tetapi ia membangunnya dengan efektif. Tidak ada lantai yang sepi, tidak ada area yang hanya memajang untuk eksistensi, semuanya menghasilkan uang.

Yang cerdas adalah : traffic generatornya lengkap.

Untuk anak-anak di attract dengan wahana bermain, terdapat roller coster setengah hati, yang hanya berputar 2 putaran. Lintasannya pendek. Dengan 2 lekukan yang mengundang teriakan. Hanya itu. Ada wahana trampolin yang juga jadi magnet. hati-hati, bawalah kaos kaki. Atau Anda harus beli.

Untuk generasi millenial tersedia bioskop. Antara nonton dan makan selalu menjadi budaya. Semua tersedia.

Maka untuk generasi keluarga, ada wahana kuliner di lantai 1. Cukup lengkap. Dari yang internasional hingga lokal. Mall ini adil secara pembagian hak lahan. Alhamdulillah. Semoga brand lokal selalu dapat tempat.

Ramuan ini menurut Saya sukses. Tempatnya terbatas, tapi ramuan lantai demi lantainya efektif. Ibu-ibu yang nunggu anak 1 jam bermain akan belanja dibawah. Bapak-bapak bisa nongkrong di area kuliner, sementara para remaja bisa nonton, lalu makan. Semua bergerak. Intinya : berhasil.

Lahan terbatas.
Mall sederhana.
Dikonsep matang.

***

Saya menyimak sebuah dashboard customer service. CS beliau menggunakan automasi WA. Hari ini ada sekitar 300 pelanggan yang mengeklik alamat WA CS.

Jualan lilin ulang tahun. Dinyalakan dengan api, lalu lilin akan mekar dan berputar diatas kue. Dia beli dari china. 2 kontainer. 1 pcsnya 10rb rupiah, dijual 200 rb 3 pcs. Puluhan ribu pcs. Kebayang untungnya.

Modalnya rumah kontrakan sebagai gudang. Lalu area ruang ramu untuk duduk 10 CS, dan beberapa tukang packing.

Lokasi rumahnya tidak perlu di lokasi strategis. Masuk komplek. Kedalam. Yang penting truk ekspedisi bisa parkir didepan rumah. Efektif sekali. Jelas murah.

Laptop sewa, gadget sudah ada, hanya butuh modal listrik dan wifi indiehome yang 500rb saja. Done. Sebuah bisnis miliaran profit dibangun. Konon bukan jual lilin saja. Ada belasan produk yang juga sedang dijualkan. Menari-nari lewat iklan FB Ads. Mengerikan.

Disaat orang lain harus membangun bisnis dengan asset miliaran, sahabat ini cukup merogoh 100 juta untuk membangun arus profit miliaran sebulan. Pantas saja Ibu Sri Mulyani murka. Banyak orang kaya baru yang bayar pajak pakai skala mikro. Hehehehe...

***

Low Asset Model. Itulah cara bisnis hari ini. Cara bisnis dengan menggunakan asset minimal. Gadget, listrik, koneksi, lakban, plastik, lalu bisa menciptakan arus uang yang sangat sangat besar.

Inilah karunia yang Allah berikan hari ini. Maka jika hari ini Anda mengeluh bahwa Anda tidak punya modal, atau modal Anda sedikit, Anda sedang hidup di zaman yang tepat.

Ahlan wa Sahlan pemain Low Asset Model.

KR Business Notes
Minggu, 20 Januari 2019

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright by Eko Saputro