Kamis, 05 September 2019

ALUR MUSA 'ALAIHISSALAM

ALUR MUSA 'ALAIHISSALAM
oleh : Rendy Saputra

Subscribe >> http://bit.ly/gabungkrbn

****

Allah mengilhamkan sebuah target di hati Musa, bergeraklah menuju tanah Palestina, bawalah Bani Israil yang tertindas oleh kezaliman Fir'aun. Eksodus besar-besaran pun dimulai. Dengan sebuah pegangan jaminan dari Allah.

Nabi Musa AS dan Bani Israil bergerak bersama menuju titik yang diilhamkan. Sesampainya ditepi lautan yang menghadang, dan susulan Fir'aun, Bani Israil pun meragukan janji Allah.

"Kita akan terkejar wahai Musa"

Secara lebih gamblang... "kita akan terkejar, habis kita, dan mana janji Tuhan?"

Berbeda dengan Rasulullah Muhammad yang menggunakan "Innallah ma'ana" Allah bersama kita, Nabi Musa mengatakan "Inna Ma'iya Robbiy" Rabb Ku bersamaku, "sayahdiin" dan akan memberiku petunjuk.

Sebuah kode semesta, bahwa keraguan tidak akan akan dibersamai Allah. Dan Allah hanya membersamai yang yakin padaNya saja.

Ujung ceritanya jelas. Nabi Musa selamat bersama Bani Israil. Fir'aun dan pasukannya terlahap lautan.

***

Jika titik tuju eksodus adalah tuntunan Allah, berarti segala mimpi baik yang terbersit di hati adalah dari Allah juga.

Kita banyak salah faham akan niat yang muncul di hati, kita selalu mengira niat tersebut adalah 100% dari getaran pendapat pribadi kita. Padahal hati tidak kuasa berniat kecuali Allah yang ilhamkan.

Niat mengumrohkan orang tua, niat memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga, niat untuk berbuat baik lebih luas, adalah "tanah Palestina" yang diilhamkan Allah ke hati kita.

Jika impian baik itu dari Allah, maka ia adalah jaminan tercapai, jaminan sampai, jaminan Allah bantu hingga akhir. Selama niatnya baik dan memang lurus karenaNya.

Namun disinilah "Alur Musa" selalu berulang pada mereka yang menempuh jalan iman.

Akan hadir sebuah masa dimana situasi seakan tidak mendukung, bahkan terlihat buntu, berat dan mencekam.

Disinilah Allah menguji Hambanya, apakah seorang Hamba benar-benar meyakini jaminan Allah atau malah memganggap Allah meninggalkannya.

Dan disinilah Allah hadirkan "Bani Israil" yang bertugas menggoyang keimanan.

"Kita akan terkejar"
"Kita tidak akan pernah sampai target"
"Mana janji Tuhan?"
"Katanya Allah bantu, mana?"
"Jangan-jangan iman kita sia-sia?"

Begitulah alurnya. Selanjutnya tergantung pada jawaban kita pada "Israil" disekitar kita.

***

Seorang Leader menargetkan 10M sales. Kerja keyakinan sudah dilakukan, ikhtiar siang malam sudah dilakukan, semua ilmu pengetahuan sudah diterapkan. Data demi data sudah dikumpulkan dan coba dieksekusi.

Ternyata capaian belum mencapai 1M pun. Bahkan terlihat jauh dari target.

Disinilah "Bani Israil" akan dihadirkan untuk menggoyang keimanan.

"Berhentilah sudah. Cukuplah sudah. Segini saja. Tidak akan pernah sampai. Tuhanmu meninggalkanmu. Tidak akan ada pertolongan. Nasibmu begini."

Ketika Anda meyakini gangguan Israil itu, sebenarnya Anda sudah menghalau Allah dari hidup Anda.

Tetapi jika Anda memilih posisi Nabi Musa untuk tetap yakin, maka disanalah keimanan Anda tervalidasi.

Iman itu butuh validasi.
Iman tidak teruji di masa mudah, lapang, sesuai rencana.
Iman diuji di masa gelap, susah, sempit, bahkan terhimpit.

Apakah di situasi sebegitu tidak berpihak, Anda masih percaya dibersamai Allah?

Apakah di situasi sebegitu tidak menguntungkan, Anda masih percaya dengan pertolongan Allah?

Apakah di situasi sebegitu mengerikan, Anda masih mau berdoa kepada Allah? Atau Anda sudah lelah meminta lagi, karena Anda merasa Allah gagal bekerja pada hidup Anda?

Jika Anda memilih untuk mengatakan "Kalla, inna ma'iya Rabbiy sayahdiin" ... gak... gak gitu wahai Israil, Rabb ku bersamaku, dan akan memberiku petunjuk.

Maka ilham tongkat Musa akan dikaruniakan.
Lautan akan dibelahkan.
Musuh akan ditenggelamkan.
Cita-cita baik akan disampaikan.

***

Berbisnis adalah proses berjalan, mendaki, bergerak menuju target.

Seperti langkah seorang Musa ke tanah Palestina. Tidak mudah. Dan tidak akan pernah mulus.

Ditengah jalan akan selalu ada Bani Israil. Yang seakan-akan membersamai tapi sejatinya melemahkan iman. Akan selalu ada pasukan Firaun yang berniat menghabisi langkah.

Tugas kita adalah terus bergerak. Sampai mentok. Dan ketika mentok, di titik itulah Iman tidak boleh hilang.

Semua orang boleh ragu bahwa Anda tidak akan mencapai "tanah Palestina". Tetapi Anda sebagai leader bisnis tidak boleh ragu. Walaupun didepan mata Anda lautan, dan dibelakang Anda pasukan pembunuh yang siap menghabisi.

Selama niatmu baik... kerjakanlah.
Selama niatmu lurus... lakukanlah.
Selama niatmu untuk faedah banyak orang... kenapa harus ragu?
Selama niatmu untuk bermanfaat lebih luas... mengapa targetmu harus kamu edit?
Selama memang ada api kebaikan pada misi hidupmu... mengapa kamu melemah?

Titik simpang sejarah seorang Nabi Musa adalah saat ditepi lautan itu.

Apakah Ia tetap yakin, atau malah memilih keyakinan Bani Israil.

Maka... titik ruang gelap itu adalah momen pembuktian Iman... jangan salah isi jawaban.

KR Business Notes
Sabtu, 16 Februari 2019

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright by Eko Saputro