Kamis, 05 September 2019

DISTRAKSI KOMPETISI

DISTRAKSI KOMPETISI
oleh : Rendy Saputra

⬇Subscribe⬇
Http://bit.ly/gabungkrbn


Simon Sinek seorang pakar manajemen modern hadir pada Microsoft Leader Summit. Wahana ini adalah pertemuan para pemimpin di organisasi Microsoft. Hampir 70% leader microsoft mempresentasikan ide untuk menyaingi Apple.

Di sisi lain, Simon juga hadir pada Apple Leadership Summit. 100% leader di Apple berfokus membahas teknologi yang memudahkan guru mengajar, simplifikasi pada cara berkomunikasi, hingga terobosan kemudahan untuk user.

Kita sama-sama mengetahui nasib dari pertarungan kedua perusahaan raksasa teknologi ini. Microsoft yang selalu berfokus menyaingi fitur produk Apple ternyata tidak juga bisa melewati angka penjualan Apple.

Kisah diatas sangat mudah untuk dicerna. Microsoft berfokus pada Apple, sementara Apple berfokus pada BENEFIT yang mereka ingin cetak.

Maka pepatah ini rasanya pas : Winners focus on winning. Losers focus on winners.

***

Kompetisi didalam bisnis adalah hal yang wajar. Yang menjadi tidak wajar adalah ketika kita menjadikan kompetisi sebagai segalanya. Akhirnya fokus kita tertuju pada yang kompetitor lakukan. Fokus kita habis oada orang lain.

Di sebuah pojok pabrik penerbitan yang baru diperluas, seorang pengusaha yang juga guru mengajarkan kami secara seksama :

"Dulu Saya fokusnya sama orang lain kang, orang lain buat apa, Saya ikutin. Kompetitor lagi gimana, Saya coba kejar. Akhirnya capek kang. Sejak itu Saya putuskan bangun arah sendiri ke manajemen Saya. Pokoknya Saya fokus sama tujuan dan cita-cita kami, gak begitu peduli sama kompetitor. Ya jadi sekarang ini, malah leading."

Kisah diatas adalah kepingan fakta lapangan, bahwa ternyata distraksi atau pengecohan fokus itu nyata adanya. Dan para pemenang yang selalu berhasil memenangkan pertarungan adalah mereka yang berhasil menemukan jalan mereka sendiri.

***

Saya senang berguru pada mereka yang membuktikan hasil. Bukan karena mereka kaya, tetapi karena mereka berhasil membangun organisasi, membuktikan ketekunan dan berhasil diterima pasar. Itu gak mudah sama sekali.

"Temen fitness Saya bisnis kuliner Kang Rend, ratusan M. Edan dia mah. Saya mah baru puluhan M. Hehehe."

Sejenak setelah mendengar kalimat tersebut, Saya kira guru Saya ini pengen lompat ke kuliner, tetapi beliau langsung melanjutkan kalimatnya.

"Tapi arah Saya bukan itu, Saya sadar kang, gak kuat di proses bisnis yang kompleks kayak kuliner, Saya kuatnya dioptimasi distribusi produk, udah aja fokus disini, nanti juga nyampe bentar lagi ratusan M."

Jadi jelas ya, para pemenang bukan mereka yang latah akan persaingan yang memang bukan kekuatannya. Para pemenang selalu punya fokus sendiri untuk memenangkan pertarungan panjang.

***

Dalam peristiwa bisnis dilapangan, tak jarang kita melihat bisnis yang ngotot untuk tidak buka cabang. Hanya menguatkan di satu titik. Mengelola market existingnya dengan tekun. Walau tetangganya yang produk bisnisnya sama, sudah buka cabang dimana-mana.

Selang 5-7 tahun, si bisnis yang hanya 1 cabang makin eksis dan berhasil meluaskan outletnya, sementara sang bisnis yang awalnya membuka puluhan cabang akhirnya tutup satu demi satu, termasuk outlet pertamanya.

Terkadang kita terdistraksi dengan pertarungan yang tidak seharusnya kita masuki. Terkadang kita terprovokasi untuk mengajak organisasi berlari disaat organisasi masih memiliki kaki balita.

Terkadang kita terkecoh fokus, memberikan perhatian pada sesuatu yang tidak seharusnya kita perhatikan. Melakukan sesuatu yang tidak seharusnya kita lakukan. Menerapkan strategi yang bukan DNA organisasi bisnis kita.

Energi habis.
Waktu habis.
Dan yang jelas makin jauh dari kemenangan.

***

Ada dua pedagang online. Sama-sama berada di linimasa. Saling berteman. Bisa saling melihat postingan status. Berjualan produk di kategori produk yang sama. Beda brand. Anggaplah si A dan si B.

Si A berjualan, sudah 2 tahun. 24 bulan. Punya pelanggan tetap. Berkisar 4.000 pcs per bulan. Suatu hari si A melihat postingan si B.

"Alhamdulillah, 87.000 pcs terjual habis. Makasih ya tim"

Hati si A remuk, emosi meninggi, semua orang salah, semua pihak salah, pasangan juga kena damprat.

Pelanggan yang setia terlupakan. Development produk jadi terbengkalai. Layanan jadi makin alakadarnya.

Angka 4.000 pcs per bulan bagi dia menjadi tidak ada artinya. Kesal. Rasa syukur akhirnya hilang begitu saja.

Anda bisa tebak ujungnya. Kira-kira bagaimana nasib si A.

Walau kisah terakhir ini adalah kisah fiksi. Rasanya perlu kita resapi bersama.

Mau fokus sama orang lain? Atau mau fokus pada cita-cita mulia?

Semoga Anda memilih titik fokus yang tepat.

#Repost
KR Business Notes
Senin, 11 Februari 2019

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright by Eko Saputro