Rabu, 04 September 2019

INI SEMUA TENTANG EKOSISTEM

INI SEMUA TENTANG EKOSISTEM
oleh: Rendy Saputra



Landing di kota Palangkaraya, berikutnya kami harus menempuh perjalanan 400km menuju Buhut. Sebuah lapangan tambang Batu Bara milik Grup Astra.

Setelah menempuh 35% perjalanan di jalan aspal, mobil Pajero Double Gardan harus menempuh jalan tanah diantara semak hutan kalimantan.

Sesampainya di lokasi, fakta brutalnya tidak ada sinyal untuk layanan data. Text dan voice pun byar pett. Nampak perusahaan selular enggan berinvestasi pada populasi user yang tidak ekonomis secara jumlah.

Secara efektif, hampir 3 hari Saya berada di site Buhut. Dan sepanjang itu pula, yang biasanya hidup terkoneksi dengan media sosial, mendadak berasa putus dengan kehidupan.

Sinyal susah. Begitulah ekosistemnya. Mau secanggih apapun gadget Anda, Mau sebanyak apapun layanan aplikasi pada smartphone Anda, mau sebanyak apapun pulsa Anda, begitu Anda di Buhut Kalimantan Tengah, ya wassalam. Akses data Anda tertutup.

***

Sahabat, ini yang Saya maksud dengan daya dukung EKOSISTEM. Sehebat apapun Anda berbisnis, jika tidak didukung dengan ekosistem yang baik, maka bisnis Anda tidak akan kemana-mana.

Hari ini kita sulit bersaing dengan manufaktur vietnam. Tenaga kerja mereka jauh lebih murah. Pabrik-pabrik yang semula berproduksi di Jawa Barat mendadak migrasi ke vietnam. Ini tentang daya dukung SDM. Akhirnya kita kehilangan putaran uang, yang seharusnya mereka belanja produksi di Indonesia.

Tetapi berbicara tentang upah vietnam yang murah, memang ekosistem mereka tidak mahal. Mereka membangun swasembada pangan, mereka membangun konsep biaya hidup yang rendah. Sehingga murah bagi kita, mungkin sudah berlebih bagi mereka.

Sementara di kita, buruh kita harus menyewa kost-kostan, menyiapkan dana mudik sendiri, menanggung biaya sekolah dan keperluan yang cukup tinggi. UMR seberapapun, jika ekosistemnya mahal, ya rusak juga.

***

Ekosistem juga terkait dengan adanya putaran uang dalam jumlah yang besar. Lingkungan yang memang basah, akan memudahkan kita berbisnis. Market punya daya beli. Kesejahteraan merata. Anda jual apa saja dibeli orang. Ini mimpi kita.

Pada ekosistem yang kekayaannya tidak terdistribusi, bisnis jadi lumayan menantang. Apalagi jika bisnis kita open market. Penjualan sepi, karena daya beli masyarakat rendah. Kebanyakan orang gak punya duit. Uang hanya berputar di sebagian orang. Lagi-lagi ini tentang ekosistem.

***

Ekosistem juga berbicara tentang arus supply SDM yang mumpuni. Andai dominan angkatan kerja kita lulusan SMA/SMK saja, mungkin roda ekonomi ini gak akan berat.

Fakta hari ini, 60% angkatan kerja didominasi oleh lulusan SMP kebawah. Lulusan SMA dan SMK hanya 30%. Dan ini pun diragukan kompetensinya, benar-benar lulus, atau diluluskan begitu saja. Pertanyaan besar ketika SDM SMA/K ini dipakai oleh unit UMKM, terlalu banyak komplain atas kesiapan SDM.

Maka lagi-lagi, kita harus membangun ekosistem yang sehat bagi lahirnya SDM terdidik dan kompeten. Pendidikan murah. Pendidikan ringkas. Dan tepat sasaran. Lagi-lagi ini tentang ekosistem.

***

Qatar pernah menantang kita untuk menyediakan seluruh kebutuhan kertas. Saat mereka di embargo, Syaikh Tamim melihat Indonesia sebagai rekan kerjasama strategis.

Dar dir dur, entah lama atau bagaimana, kesempatan ini dilibas oleh Filipina. Mereka lebih sigap, siap, dan langsung ambil peluang. Kita kehilangan kesempatan import kertas dengan nilai triliunan..

Jika di negara lain proses ini satu dua pintu, di negara kita yang masih memiliki sistem birokrasi panjang, hal ini harus melewati beberapa pintu berlapis. Ini yang namanya ekosistem. Sehebat apapun, jika eksositemnya tidak mendukung Anda berbisnis, ya sulit.

Sekali lagi ini tidak hanya peran pemerintah. Masalahnya pelik. Ini tentang ekosistem. Tentang Saya, Anda, Kita, dan elemen lainnya.

KR Business Notes
Sabtu, 2 Februari 2019
https://bit.ly/gabungkrbn

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright by Eko Saputro